Rumput Gajah
Hijauan adalah bahan pakan utama
ternak ruminansia dan dapat diberikan secara tunggal bila kualitasnya tinggi.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman parennial yang
dapat tumbuh sampai tinggi 180 – 300 cm. Rumput gajah tumbuh baik di daerah
pegunungan dengan curah hujan 2500 mm/th. Pemotongan dapat dilakukan pada umur
30 – 50 hari dengan produksi sekitar 150 – 200 ton/ha (McIlroy, 1976). Menurut
Hartadi et al. (1993), kandungan nutrisi rumput gajah berdasar 100 %
Bahan Kering (BK) yaitu Protein Kasar (PK) 10,1%; Lemak Kasar (LK) 2,5%; Serat
Kasar (SK) 31,2%; Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 46,1%; TDN 59% dan abu
10,1%.
Bagian yang dapat dicerna dari rumput gajah yaitu :
Bahan kering %
Protein kasar = 10.19
Serat Kasar = 34.15
Lemak = 1.64
Abu = 11.73
BETN = 42.29
Bahan kering %
Protein kasar = 5.92
Serat Kasar = 22.74
Lemak = 0.84
BETN = 25.6
A.
Latar
Belakang
Hijauan Makanan Ternak (HMT)
merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar
manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Sehingga hijauan makanan
ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk
mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong
ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan.
Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah
populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan
untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Pada saat
musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada
saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang
sama sekali (Sumarno, 1998).
Ketersediaan hijauan makanan ternak
yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik
dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara
pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang
diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara
demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat
mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan (Kanisius,
1983).
Makanan hijauan merupakan semua
bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok
tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan
lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang
diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan
segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam
bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak
dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2012).
Hijauan segar dan hijauan kering
dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat
genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar
dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak
mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman
makanan ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka
perlulah tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan
lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman,
pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan
meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum
dikonsumsi ternak (Anonim, 2010).
Rumput
Gajah terkenal dengan batangnya yang kuat dan dengan daun yang tebal.
Hal ini menyulitkan mesin chopper untuk memotong rumput ini dengan ukuran yang tepat untuk ternak.
Seringkali, kita melihat sapi-sapi memakan rumput tersebut dengan batang yang tebal, panjang dan dengan jumlah daun yang sedikit.
Hal ini tidak baik mengingat semua protein dan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki sapi itu terletak pada daunnya bukan pada batangnya.
Seperti yang juga sudah kita ketahui sapi itu merupakan ternak yang sangat memilih dengan makanannya. Mereka juga akan lebih memilih konsentrat dibandingkan hijauan.
Dengan inovasi TMR (Total Mixed Ration), Jaylor memeberikan solusi yang tepat guna bagi ternak anda. TMR menyatukan konsentrat dan hijauan menjadi homogen. Hal ini akan memberikan nutrisi yang sempurna bagi sapi.
Hal ini menyulitkan mesin chopper untuk memotong rumput ini dengan ukuran yang tepat untuk ternak.
Seringkali, kita melihat sapi-sapi memakan rumput tersebut dengan batang yang tebal, panjang dan dengan jumlah daun yang sedikit.
Hal ini tidak baik mengingat semua protein dan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki sapi itu terletak pada daunnya bukan pada batangnya.
Seperti yang juga sudah kita ketahui sapi itu merupakan ternak yang sangat memilih dengan makanannya. Mereka juga akan lebih memilih konsentrat dibandingkan hijauan.
Dengan inovasi TMR (Total Mixed Ration), Jaylor memeberikan solusi yang tepat guna bagi ternak anda. TMR menyatukan konsentrat dan hijauan menjadi homogen. Hal ini akan memberikan nutrisi yang sempurna bagi sapi.
Gamal dan
Kaliandra sebagai Pakan Ternak
|
Written by
nin@
|
||||||||||||||||||||||
Thursday,
28 June 2012
|
||||||||||||||||||||||
GAMAL (Gliricidia
sepium)
Gamal atau
Gliricidia sepium adalah tanaman leguminosa pohon yang dapat tumbuh dengan
cepat didaerah tropis. Dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah dan pH
rendah sampai tinggi (4,5-6,9)m serta tahan terhadap curah hujan yang rendah
sampai tinggi (50-100mm/bln).
Sebagai
hijauan pakan ternak ruminansia keberadaannya cukup berpotensi, tetapi belum
banyak peternak yang memanfaatkan dengan alasan ternak tidak menyukai karena
alasan spesifik. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara proses pelayuan
dengan penjemuran dibawah sinar matahari untuk beberapa jam atau dengan
membiarkan hijauan tersebut selama semalam ditempat yang teduh. Membiasakan
ternak dengan Gamal dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberian hijauan
Gamal secara bertahap hingga ternak terbiasa.
Nilai
kecerdasan pada ternak ruminansia (%)
Batas
maksimum penggunaan dalam ransum ayam broiler 5% dan ayam petelur 2,5%.
Pemberian daun Gamal pada ayam berupa tepung daun yang dicampur dengan bahan
pakan lainnya. Pemberian tepung daun sebanyak 2,5% sudah cukup untuk
memberikan warna kuning yang cerah, pemberian yang lebih tinggi tidak banyak
meningkatkan warna kuning telur.
|
2.3.1 Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Susetyo (1969) menyatakan bahwa, Tanaman lamtoro berbentuk pohon mencapai ketinggian 10-50 m dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daun kecil-kecil, bentuk lonjong sedangkan bunganya bertangkai dan warnanya kekuningan. Daun tanaman lamtoro untuk makanan ternak kambing dan memiliki protein yang tinggi dan diberikan dalam bentuk segar juga diberikan dalam bentuk campur dengan bahan pakan yang lain untuk melengkapi protein dan energy. Sedangkan daun lamtoro yang dapat diberikan kepada ternak sebanyak 10-40%. Lamtoro memiliki daun dan ranting yang disukai ternak, tanaman lamtoro mempunyai daya palatabilitas (tingkat kesukaan) yang tinggi dan kandungan nilai prtotein kasar (PK) : 38,58%, bahan kering (BK) : 29,66%, lemak: 3,50%, serat kasar (SK) : 11,96%, BETN: 46,01%, Abu: 7,79%, Mineral: 7,98%, EM: 19,67 kkal.
Siregal (1996) menyatakan bahwa, hijauan lamtoro memiliki kandungan zat gizi seperti PK: 24,2%, BK: 24,8%, lemak: 3,7%, SK: 21,5%, dan BETN: 43,1%. Sedangkan Polo (1985) menyatakan bahwa toleransia berbagai jenis ternak terhadap lamtoro adalah berkisar antara 40-60%. Lamtoro mempunyai zat gizi yaitu PK: 36,80%, Lemak: 1,4%, sebagai sumber protein yang di sukai oleh ternak.
Susetyo (1969) menyatakan bahwa, Tanaman lamtoro berbentuk pohon mencapai ketinggian 10-50 m dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daun kecil-kecil, bentuk lonjong sedangkan bunganya bertangkai dan warnanya kekuningan. Daun tanaman lamtoro untuk makanan ternak kambing dan memiliki protein yang tinggi dan diberikan dalam bentuk segar juga diberikan dalam bentuk campur dengan bahan pakan yang lain untuk melengkapi protein dan energy. Sedangkan daun lamtoro yang dapat diberikan kepada ternak sebanyak 10-40%. Lamtoro memiliki daun dan ranting yang disukai ternak, tanaman lamtoro mempunyai daya palatabilitas (tingkat kesukaan) yang tinggi dan kandungan nilai prtotein kasar (PK) : 38,58%, bahan kering (BK) : 29,66%, lemak: 3,50%, serat kasar (SK) : 11,96%, BETN: 46,01%, Abu: 7,79%, Mineral: 7,98%, EM: 19,67 kkal.
Siregal (1996) menyatakan bahwa, hijauan lamtoro memiliki kandungan zat gizi seperti PK: 24,2%, BK: 24,8%, lemak: 3,7%, SK: 21,5%, dan BETN: 43,1%. Sedangkan Polo (1985) menyatakan bahwa toleransia berbagai jenis ternak terhadap lamtoro adalah berkisar antara 40-60%. Lamtoro mempunyai zat gizi yaitu PK: 36,80%, Lemak: 1,4%, sebagai sumber protein yang di sukai oleh ternak.
Daun Turi (Sesbania grandiflora)
Tanaman ini berbentuk pohon termasuk jenis kacang-kacangan. Daun, ranting, bunga, dan buahnya sangat digemari oleh ternak dan mempunyai potensi yang cukup baik, dilihat dari kandungan zat makanannya. Hijauan turi yang digunakan sebagai pakan ternak sangat menguntungkan karena merupakan sumber protein mineral terutama Cadangan Pakan. Adapun kandungan zat makanannya adalah sebagai berikut; BK 91,1%, PK25,99%, SK 40,42%, Lemak 5,64%. BETN 33,38%, Ca 2,34% dan P 0,27%(Anonimos). Sedangkan menurut Siregar (2003) bahwa kandunagan nutrisi yangterdapat dalam daun turi adalah : protein kasar 29,2% SK 17,1% Lk 3,4% dan BETN 40,1%.
2.3.3 Daun Waru (Hibiscus Sp)
Salah satu jenis pohon legume yang sangat baik untuk diberikan pada ternak ruminansia adalah daun waru dimana kandungan proteinya cukup baik yakni: 11,8%, sedangkan kandungan lemak sebesar 4,80% (Soeyanyo 198 1). Selanjutnya menurut hasil analisa Heyne (1950), yang dikutip oleh Huitema (1986)bahwa, kandungan zat daun waru terdiri dari protein 11,8%, lemak 4,8%, BETN 52,1%, SK 21,5%,dan BK, 22,7%.
Pohon waru dapat juga dipakai sebagai tanaman pagar dan dapat berfungsi sebagai pelindung tanaman utama, sumber hijauan pakan ternak,penyedian pupuk hijaun untuk kesuburan tanah, mengendapkan lumpur, butiran tanah dan mengikat kemiringan tanah,disamping itu juga untuk pengawetan melalui cara memperlambat erosi (Anonymos, 1991).
2.3.4 Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Menurut Rukmana (2005) bahwa, tanaman gliricida mempunyai banyak nama, antara lain disebut pohon ayek atau lanbo (Sumatra Utara), cep-byar (Jawa Barat), lirisida (Jawa Tengah), johar tulung agung atau johar gembira local (Yogyakarta), wit sepium (Surakarta), kelor wana (Malang Selatan), wit salire dhewe (Purwokerto), lirik sidia atau haji rasidia (Madura), dan pohon ampera (Bali Selatan). Selanjutnya dikatakan bahwa tanaman gamal berasar dari Amerika Tengah, tanaman ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1870, digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan di Sumatra dan Jawa.
Gamal (Gliricidia Sepium) merupakan tanaman leguminosa yang dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yang kurang subur dan tahan terhadap musim kemarau yang panjang (Chadhokar, 1982 dalam Tulle, 1996).
Selanjutnya ia menyatakan bahwa, pemberian daun gamal pada ternak sebagai sumber protein yang telah banyak dilakukan, karena daun gamal mempunyai kandungan protein kasar yang cukup tinggi (20-25%), tidak berbahaya bila diberikan dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Komposisi kimia atau kandungan nutrisi daun gamal. BK: 93,40%, BO: 80,98%, Abu: 12,42%, PK: 9,51%, SK: 36,27%, LK: 1,51%, BETN: 33,69%, Ca: 0,80%, P: 0,52%, Em (Kkal): 3,662.
Tanaman ini berbentuk pohon termasuk jenis kacang-kacangan. Daun, ranting, bunga, dan buahnya sangat digemari oleh ternak dan mempunyai potensi yang cukup baik, dilihat dari kandungan zat makanannya. Hijauan turi yang digunakan sebagai pakan ternak sangat menguntungkan karena merupakan sumber protein mineral terutama Cadangan Pakan. Adapun kandungan zat makanannya adalah sebagai berikut; BK 91,1%, PK25,99%, SK 40,42%, Lemak 5,64%. BETN 33,38%, Ca 2,34% dan P 0,27%(Anonimos). Sedangkan menurut Siregar (2003) bahwa kandunagan nutrisi yangterdapat dalam daun turi adalah : protein kasar 29,2% SK 17,1% Lk 3,4% dan BETN 40,1%.
2.3.3 Daun Waru (Hibiscus Sp)
Salah satu jenis pohon legume yang sangat baik untuk diberikan pada ternak ruminansia adalah daun waru dimana kandungan proteinya cukup baik yakni: 11,8%, sedangkan kandungan lemak sebesar 4,80% (Soeyanyo 198 1). Selanjutnya menurut hasil analisa Heyne (1950), yang dikutip oleh Huitema (1986)bahwa, kandungan zat daun waru terdiri dari protein 11,8%, lemak 4,8%, BETN 52,1%, SK 21,5%,dan BK, 22,7%.
Pohon waru dapat juga dipakai sebagai tanaman pagar dan dapat berfungsi sebagai pelindung tanaman utama, sumber hijauan pakan ternak,penyedian pupuk hijaun untuk kesuburan tanah, mengendapkan lumpur, butiran tanah dan mengikat kemiringan tanah,disamping itu juga untuk pengawetan melalui cara memperlambat erosi (Anonymos, 1991).
2.3.4 Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Menurut Rukmana (2005) bahwa, tanaman gliricida mempunyai banyak nama, antara lain disebut pohon ayek atau lanbo (Sumatra Utara), cep-byar (Jawa Barat), lirisida (Jawa Tengah), johar tulung agung atau johar gembira local (Yogyakarta), wit sepium (Surakarta), kelor wana (Malang Selatan), wit salire dhewe (Purwokerto), lirik sidia atau haji rasidia (Madura), dan pohon ampera (Bali Selatan). Selanjutnya dikatakan bahwa tanaman gamal berasar dari Amerika Tengah, tanaman ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1870, digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan di Sumatra dan Jawa.
Gamal (Gliricidia Sepium) merupakan tanaman leguminosa yang dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yang kurang subur dan tahan terhadap musim kemarau yang panjang (Chadhokar, 1982 dalam Tulle, 1996).
Selanjutnya ia menyatakan bahwa, pemberian daun gamal pada ternak sebagai sumber protein yang telah banyak dilakukan, karena daun gamal mempunyai kandungan protein kasar yang cukup tinggi (20-25%), tidak berbahaya bila diberikan dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Komposisi kimia atau kandungan nutrisi daun gamal. BK: 93,40%, BO: 80,98%, Abu: 12,42%, PK: 9,51%, SK: 36,27%, LK: 1,51%, BETN: 33,69%, Ca: 0,80%, P: 0,52%, Em (Kkal): 3,662.
Nilai
Nutrisi : jerami
Parameter
|
Jerami Padi
|
Jerami Padi Fermentasi
|
Protein (%)
|
3,5
|
7
|
NDF (%)
|
80
|
77
|
Daya Cerna NDF (%)
|
28 – 30
|
50 -55
|
Pengolahan
Jerami
Pengolahan yang dimaksud di sini adalah daya upaya
untuk meningkatkan daya cerna jerami sesuai dengan kualitas rielnya.
Efektifitas cerna mikroorganisme ditingkatkan agar dapat menghancurkan lignin,
silika dan kutin, di samping itu masih dapat meningkatkan kandungan protein.
Kandungan
zat-zat makanan pada jerami padi
Uraian
|
Kandungan (%)
|
Bahan
kering (BK)
Protein
kasar (% BK)
Serat
kasar (% BK)
Lemak
(% BK)
|
47,95
4,04
31,62
0,53
|
Yang dimaksud jerami adalah bagian batang
tumbuhan yang setelah dipanen bulir-bulir buahnya baik bersama tangkainya atau
tidak dikurangi dengan akar dan sisa batang yang disabit dan masih tegak
dipermukaan tanah. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15
ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada
lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Jerami padi
dihasilkan 1-2 kali di daerah kering, dan sebagian petani masih membiarkannya
tertumpuk pada lahan sawah sampai datangnya musim tanam kembali.
Jerami padi melimpah selama musim hujan, namun
langka pada musim kemarau. Jumlahnya cukup besar dan belum sepenuhnya
dimanfaatkan, potensinya sebagai salah satu sumber makanan ternak memang
memiliki nulai nutrisi yang relatif rendah.
30 Juni 2013 pukul 23.26
hijauan sangat lah bagus bro,ap lagi untuk pengemukan sapi