LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
Disusun
oleh :
Ahmad zaianal
NIM : C31121107
Dosen Pembimbing :
Dr.Ir.Rr Merry Muspita DU. MP
PRODUKSI
TERNAK
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Teori Dasar
1.2 Tujuan
BAB II METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
2.2 Alat
BAB III Hasil
dan Pembahasan
3.1 Hasil Pembahasan Pengamatan
3.1 Hasil Pembahasan Pengamatan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Teori
Dasar
Karbohidrat adalah polisakarida,
merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah
beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat
adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n.
Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan. Karbohidrat berasal dari kata
‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon yang mengikat hidrat (air). Secara umum
terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Kedudukan karbohidrat sangatlah
penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber
kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting
bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh sehingga tergolong sebagai
salah satu jenis zat gizi. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan
menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat
ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai
fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk
menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya. Dalam percobaan bikimia yang dilakukan tentang identifikasi karbohidrat bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji, melakukan uji umum karbohidrat, dan mengidentifikasi karbohidrat. Uji reaksi yang dilakukan meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod, dan uji unknown.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya. Dalam percobaan bikimia yang dilakukan tentang identifikasi karbohidrat bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji, melakukan uji umum karbohidrat, dan mengidentifikasi karbohidrat. Uji reaksi yang dilakukan meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod, dan uji unknown.
1.2
Tujuan
Ø Mengamati
perubahan warna yang terjadi pada larutan
Ø Mengetahui
kandungan karbohidrat dalam larutan
Ø
Mengamati kecepatan perubahan pada
larutan
BAB
II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan tempat
Pada
praktikum daya reduksi karbohidrat dengan larutan barfoed,larutan
benedict,larutan luff di lakukan di LAB BIOKIMIA POLITEKNIK NEGERI JEMBER, pada
tanggal 11-03-2013 pada pukul 07.00 – 09.30.
2.2 alat
Ø Pipet
Ø Tabung
reaksi
Ø Karet
penghisap
Ø Beaker gelas
Ø Pemanas
Ø Pengatur
waktu
Ø Dll
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
LAPORAN
I
Larutan benedict
Cara kerja :
Isi masing –
masing tabung dengan 3 ml larutan benedicts
Tabung 1 isi
Glukosa 0,01 M (1 ml )
Tabung 2 isi
Glukosa 0,02 M (1 ml )
Tabung 3 isi
Glukosa 0,04 M (1 ml )
Dan celupkan
pada air mendidih selama 10 menit maka hasilnya :
No Tabung
|
Larutan Benedict
|
Larutan Glukosa
|
Pengamatan
|
1
|
3 ml
|
0,01 M
(1 ml)
|
-
5 menit
warna menjadi biru muda
-
7,5
menit mulai berwarna biru tua pekat
-
10
menit menjadi biru kehitaman
|
2
|
3 ml
|
0,02 M
(1 ml)
|
-
3 menit
warna menjadi biru muda
-
4,5
menit mulai berwarna biru tua
-
7,5
menit menjadi biru kehitaman pekat
-
10
menit menjadi biru kemerahan
|
3
|
3 ml
|
0,04 M
(1 ml)
|
-
1 menit
biru muda
-
4,5
menit berwarna hitam
-
5,5
menit warna menjadi hitam pekat
-
7 menit
menjadi biru kemerahan
-
8 menit
menjadi merah bata
|
Pemba Pembahasan
Pereaksi Benedict berupa
larutan yang mengandung kupri sulfat natrium karbonat dan natrium sitrat. Uji dilakukan
dengan menambahkan reagent Benedict kedalam larutan karbohidrat dan dilakukan
pemanasan. Setelah dilakukan pemanasan terjadi perubahan pada beberapa larutan
yaitu Glukosa, fruktosa, dan laktosa. Perubahan ini berupa terbentuknya endapan
merah bata pada larutan tersebut. Proses pendinginan ketiga larutan ini tidak
mempengaruhi perubahan pada endapan. Sedangkan larutan yang lain berwarna biru
yang merupakan warna asli dari reagen. Galaktosa sendiri mengalami sedikit
perubahan setelah dipanaskan yaitu terdapat warna merah pada bagian permukaan
larutan dan setelah didinginkan warna ini menghilang. Galaktosa merupakan salah
satu karbohidrat yang mengandung gugus aldehid dalam pengujian terdapat
galaktosa tidak terjadi perubahan yang diharapkan seperti glukosa, fruktosa,
dan laktosa. Hal ini mungkin tabung telah terkontamijnasi oleh senyawa lain
sehingga tidak menghasilkan endapan seperti halnya karbohidrat lain yang
mengandung gugus keton dan aldehid.
Berdasarkan
hasil pengamatan diatas bahwa, dari berbagai macam jenis larutan karbohidrat
setelah direaksikan dengan larutan Benedict ternyata reaksinya tidak terjadi
secara bersamaan. Hal ini disebabkan tergantung atas konsentrasi karbohidrat
yang diperiksa baik disakarida atau monosakarida. Pada dasarnya dari berbagai
macam jenis larutan karbohidrat yang diuji ternyata yang bereaksi positif
dengan Benedict hanya golongan disakarida dan monosakarida, sedangkan larutan
polisakarida seperti amilum tidak dapat bereaksi dengan Benedict.
Endapan-endapan yang dihasilkan pada percobaan ini adalah merah. Kuning
tergantung atas kuatnya larutan gula. Benedict juga bersifat basa lemah karena
adanya natrium karbonat dan natrium sitrat. Sedangkan polisakarida hanya bisa
bereaksi dengan pereaksi yang bersifat asam
LAPORAN
I I
Larutan Luff
Cara kerja :
Isi masing –
masing tabung dengan 1 ml larutan Luff
Tabung 1 isi Fraktosa 0,02 M (2 ml)
Tabung 2 isi Lactosa 0,02 M (2 ml)
Tabung 3 isi Sakarosa 0,02 M (2 ml)
Tabung
4 isi Larutan pati 0,7
M (2ml)
Kocak dan celupkan
pada air mendidih selama 15 menit maka hasilnya :
No Tabung
|
Larutan Luff
|
Larutan Gula
|
Pengamatan
|
1
|
1 ml
|
Fraktosa 2 ml
|
9 menit berwarna biru bening
|
2
|
1 ml
|
Lactosa 2 ml
|
15 menit berwarna biru agak keruh
|
3
|
1 ml
|
Sakarosa 2 ml
|
14 menit berwarna biru jernih atau
biru kekuningan
|
4
|
1ml
|
Larutan Pati 2 ml
|
11 menit menjadi biru keruh
|
Pembahasan
Dalam uji ini didapat hasil pada
tabung 1 yang berisi fraktosa. Dalam 9 menit berwarna biru bening, lalu untuk
tabung 2 yang berisi laktosa + R pada 15 menit berwarna biru agak keruh. Luff,
lalu untuk tabung 3 yang berisi sakarosa + R.pada 14 menit biru jernih biru
kekuningan, dan untuk tabung 4 yang berisi larutan pati + R. Pada 11 menit
menjadi biru keruh. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat
yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur
Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode Luff Schoorl
mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal
ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil
pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Gula reduksi adalah gula
yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus
aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat
reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang
termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team
Laboratorium Kimia UMM, 2008).Salah satu contoh dari gula reduksi adalah
galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi
merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses metabolisme
akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s untuk diproses
menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan
lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).
Gula invert termasuk
golongan gula reduksi karena dapat mereduksi ion tembaga dalamlarutan
alkali.Salah satu yang termasuk gula reduksi adalah gula invert. Gula
invertdihasilkan dari hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Sukrosabereaksi bersama asam dalam campuran air dengan bantuan enzim invertase.
LAPORAN III
Larutan Barfoed
Cara kerja :
Isi masing –
masing tabung dengan 1 ml larutan Luff
Tabung
1 isi Glukosa 0,01 M (5 ml)
Tabung
2 isi Fruktosa 0,02 M (5 ml)
Tabung
3 isi Laktosa 0,04 M (5 ml)
Tabung
4 isi Laktosa 0,01 M (5ml)
Tabung 5 isi Sukrosa
0,01 M (5ml)
Tabung 6 isi Sukrosa
0,03 M (5ml)
Kocak dan
celupkan pada air mendidih selama 30 menit maka hasilnya :
No Tabung
|
Larutan Barfoel
|
Larutan
|
Pengamatan
|
1
|
5 ml
|
5 ml
0,01 M glukosa
|
Sedikit
gelembung, biru muda
|
2
|
5 ml
|
5 ml
0,02 M Fruktosa
|
Lebih
banyak gelembung, warna biru pekat
|
3
|
5 ml
|
5 ml
0,04 M Laktosa
|
Sedikit
gelembung, biru muda
|
4
|
5 ml
|
5 ml
0,01 M Laktosa
|
Banyak
gelembung, biru lebih pekat
|
5
|
5 ml
|
5 ml
0,01 M Sukrosa
|
Tidak
ada gelembung, biru pudar
|
6
|
5 ml
|
5 ml 0,03
M Sukrosa
|
Tidak
ada gelembung, biru pudar
|
Pembahasan
Uji Barfoed
itu adalah uji kimia untuk mendeteksi adanya monosakarida. Dasarnya adalah
reduksi cuprum asetat menjadi cuprum oksida (ada endapan merahnya nanti).
Kelompok aldehid dari monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat. Pereaksi
Barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida, contohnya pada fruktosa dan sukrosa. Reagen Barfoed mengandung tembaga
(II) asetat di dalam larutan laktat. Asam tidak cukup kuat untuk menghidrolisis
karbonhidrat. Tingkat reaksi (yang ditunjukkan dengan perubahan warna atau
terjadinya pengendapan) adalah berbeda untuk gugus karbonhidrat yang berbeda.
Reagen barfoed adalah pereaksi yang terdiri dari kuprisulfat dan asam acetate
dalam air dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida.
Barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh
monosakarida.
Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Kelompok aldehid dari monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat. Dalam percobaan yang dilakukan, tidak terjadi perubahan warna pada campuran larutan Barfoed dengan glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, galaktosa, laktosa maupun pada pati. Warna campuran tetap berwarna biru. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru.Fruktosa mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanof. Percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa. Warna larutan yang dihasilkan oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa. Seharusnya intensitas warna pada campuran berbeda satu sama lain, tetapi pada uji yang dilakukan, intensitas warnanya tetap sama.
Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Kelompok aldehid dari monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat. Dalam percobaan yang dilakukan, tidak terjadi perubahan warna pada campuran larutan Barfoed dengan glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, galaktosa, laktosa maupun pada pati. Warna campuran tetap berwarna biru. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru.Fruktosa mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanof. Percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa. Warna larutan yang dihasilkan oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa. Seharusnya intensitas warna pada campuran berbeda satu sama lain, tetapi pada uji yang dilakukan, intensitas warnanya tetap sama.
KESIMPULAN
ü Dari hasil praktikum larutan benedict, maka dapat disimpulkan bahwa Benedict hanya dapat bereaksi positif dengan
golongan disakarida dan monosakarida, sedang polisakarida tidak dapat bereaksi
dengan Benedict sebab Benedict termasuk basa lemah, sedang polisakarida hanya
dapat bereaksi dengan asam.
ü Dari hasil praktikum larutan
luff Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh
komposisi yang konstan
ü Dari praktikum larutan barfoed, tidak terjadi
perubahan warna pada campuran larutan Barfoed dengan glukosa, fruktosa,
maltose, sukrosa, galaktosa, laktosa maupun pada pati. Warna campuran tetap
berwarna biru. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa
berwarna biru.